Senin, 15 Desember 2008

SANG PENCINTA SEJATI




Tak begitu rindang pohon itu,,
Tapi mampu memberi keteduhan
Yang rasanya mengakar dan melingkupi
Kegerahan akan terjalnya jalan ini

Tak begitu kuat lengan itu,,
Tapi mampu merengkuh keangkuhan yang membatu
Didasar kedalaman jiwa nan keruh ini

Tak begitu hebat kendara itu,,
Tapi mampu membawaku terbang
Mengelilingi pilar bumi yang isinya
Mengilhamiku beragam cerita indah
Tentang cinta..tentang cita..dan sayang..

Maka sampaikanlah wahai angin…
Baginya sang Pencinta Sejati
Dari lubuk hatiku untuk hatinya jua

Bahwa ketika nafasnya terhembus
Itulah alasan kehidupanku
Kemanapun kaki ini melangkah
Ada gelak yang senantiasa dinantinya
Maka kepulanganku adalah alasan senyumnya

Sejauh apapun kini darinya
Dekat!!! Lekat!!! Dirinya selalu
Karena setiap desahnya adalah hentakan nafasku
Cintanya seabadi waktu mengitari masa
Maka tak ada alasan bagiku tak membalas cintanya

Saksikanlah Sang Pencinta Sejati itu..
Dia hanya sederhana, tak begitu mewah
Namun anggun melangkah menyambut
Bidadarinya kembali…alangkah bahagianya dia
Tak sadar bulir itu bergulir dari pelupuknya
Menangis…sedu sedan!!!
Karena lama bidadarinya tak pulang

Lihatlah Sang Pencinta Sejati itu..
Dia hanya biasa, namun neraca jiwanya begitu hebat!!
Benteng tegarnya sungguh luar biasa
Seberat apapun beban itu
Tak sedikitpun berpikir untuk melepasnya

Pernahkah kita sekedar bertanya
“apa yang paling diinginkannya??”
Tak banyak!!!
Hanya KEBAIKAN untuk mutiara hatinya
MASIHKAH ADA SANGSI ATAS PENGORBANNYA??

Ketika air mata itu jatuh,
Berpendar dilantai kesabaran
Ketika titik keringat itu mengalir
Berdenting pada dasar ketabahan
Sedang apakah dirimu saat itu??
Ketika tangan ringkihnya menengadah
Meminta segala yang baik untuk dirimu,
Hanya untukmu.. dan selalu untukmu..

***********************
“kado terindah untuk bundaku yang disana diHari Ibu nanti tanggal 22 desember 2008, yang sedang bergulat melawan arus lelah demi setitik kelegaan untuk anak-anaknya. Sendiri.. menangis kadangkala saat pundaknya merasa tak kuat lagi bertahan, dari bilik tersembunyi kusaksikan air matanya, sesak..ingin skali kudekap, bersabarlah bunda penderitaanmu pasti ada akhirnya. Dalam hidupnya tak banyak cerita indah yang pernah kudengar darinya selain perjalanannya yang terjal semenjak kanak-kanak. Bahkan bangku sekolah tak sempat dia rasakan, apalagi ceria bermain dengan teman-teman sebayanya. Penderitaan baginya seperti sarapan pagi yang senantiasa terhidang setiap hari. Dia sekuat-kuat wanita yang pernah kukenal, dia hebat!! Dia luar biasa!! Dialah kebanggaan terbesar yang kumiliki. Disela kerapuhannya dia menangis, menangis pedih…karena dia ingin memberi lebih banyak lagi tapi mampunya hanya yang sedikit itu. Dia tak pernah tau bahwa segala keterbatasan yang dia miliki adalah hadiah yang paling istimewa yang pernah kuterima. Tak sebanding apapun juga!! Segala yang terbaik telah dia persembahkan untuk anak-anaknya. Tak bersisa, semua telah ia relakan, kesenangan, kenyamanan. TERIMA KASIH BUNDAKU…betapa ingin kumemberimu yang terbaik, betapa ingin kumelihat senyum itu terkembang. Aku tak ingin hanya melihat tangisnya saja, aku juga ingin melihatnya tertawa bangga” Makassar 14 desember 2008

Tidak ada komentar: