Jumat, 09 Januari 2009

(10 Januari ); LAHIR = MATIKU













Alhamdulillah……
Rabbku masih memberi kesempatan bagiku untuk berpijak disini, dibumiNya. Hari ini, 10 Januari 2009 adalah hari Kelahiranku yang tertera dalam Akte Kelahiranku. Ntah benar, ntah keliru. Saya tidak begitu yakin kebenarannya, orang tuaku tidak berpendidikan. Saya baru dibuatkan Akte Kelahiran saat berumur 7 tahunan, sudah SD waktu itu.

Yup!!!! Tanggal berapun saya lahir yang penting orang tuaku telah berusaha memberiku tanda kelahiran yang sah, bukankah Indonesia bahkan dunia hanya membutuhkan secarik kertas yg berisi tulisan pernyataan kebenaran dan tanda tangan. Saya sudah punya 10 Januari untuk mengenang waktu lahirku, sekaligus memberiku tanda akan waktuku yg terus berkurang setiap tahunnya. Banyak orang yang dengan kegembiraan meluap merayakan hari ULANG TAHUNnya dengan meriah…mewah…menghamburkan uang untuk pesta yang besar. Mengundang sahabat karib, relasi, keluarga besar. Menunggu kiriman kado, membukanya bersama, mereka tertawa senang, puas… tidakkah mereka sadari bahwa setiap tahun bertambahnya umur adalah peringatan akan dekatnya “Akhir dari segala Akhir”. Lahir berarti akan ada MATI dan entah kapan masanya tiba, itu adalah misteri yan tidak pernah ditunggu kedatangannya oleh siapapun manusia kecuali orang yang telah memahami makna kehidupan.

Bagiku 10 Januari bukan hari untuk meluapkan gembira, 10 Januari adalah perenunganku. Telah banyak masa yang diberikan untukku tapi hanya sedikit yang bermanfaat, sisanya adalah kesia-siaan. Ntah 10 januari tahun depan, apakah diriku masih bisa menulis seperti ini, merenungi kelahiranku. Jangankan tahun depan besok bahkan menit berikutnya saya tidak pernah tau apa yang akan terjadi padaku. Sungguh saya ingin tetap disini, merajut mimpi dengan sahabat-sahabatku, membagi tawa untuk kelurgaku yang banyak berkorban untukku. Menghapus air mata ibuku yang semakin tirus oleh usia. Hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnya, Memeluk leher ayahku dari belakang sembari berbisik “UHIBBUKAFILLAH ya..ABI!!” ingin sekali kulakukan tapi tidak pernah bisa. Saya begitu sayang ayah-ibuku, tapi hanya diriku yang tau sedalam apa saya mencintai mereka meskipun hampir setiap saat kami beda dalam banyak hal.
Saya ingin menyelesaikan amanahku dengan baik, saya ingin memperbaiki semua kesalahan yang pernah ada. Saya ingin semua baik-baik saja, berjalan apa adanya, tak jauh beda dengan inginku. Tapi diri kita hanya sebagai pelakon, berdasar pada naskah Rabb yang Maha Tahu. Sesekali hanya boleh merubah yang bisa diubah. Namun mengawali dan mengakhiri adalah kuasaNya, tidak akan pernah bisa dirubah.

Seandainya tiba-tiba saat ini juga saya harus beranjak dari sini, dari dunia ini. Saya betul-betul tidak siap, saya takut…dan tidak akan pernah berani menghadapNya, tidak pernah ada kesiapan pada Kematian. Semakin lama disini makin banyka pula keinginan-keinginan yang tak berusai. Tak ada puas bagi manusia.

Lahir……mati…..adalah siklus tak terpisah. Berawal….berakhir….adalah pasangan mutlak. Ada….tidak ada…..selalu beriringan sama dengan datang dan pergi. Hanya rasa dan waktu yang sedikit membedakannya. Maka setiap kelahiran membahagiakan, kematian akan menyisakan duka, datang membawa gembira, kepergian meninggalkan kesedihan. Hanya orang yang memaknai hidup yang akan bergembira jika kematian menjemput dan ajal yang mengharuskan beranjak dari sini, dunia ini. Suka atau tidak, siap atau tidak siap tetap akan terjadi. Tidak pernah bisa dipercepat, tidak pula mampu diundur. Selalu datang tepat waktu tak lebih, tak kurang. Lari keujung dunia manapun tak ada celah untuk bersembunyi. Masihkah ada ingatan pada hari ulang tahun kita jika masa itu telah tiba??? Ataukah keinginan untuk merayakan hari kelahiran ketika malaikat maut sudah mendekati. Yang ada hanya takut, mungkin….saya juga belum pernah merasakan mati. Bahkan mungkin yang terasa adalah damai dan rasa rindu yang meluap. Bisa juga….
Tergantung diri manusia memilih akhir yang seperti apa yang diingininya. Semuanya telah terbungkus rapi dari sejak lahir sampai kembali pada keabadian tak terbatas. Disanalah ada kekal…ingin kesana namun tak juga rela meninggalkan yang disini.

“Terimah kasih waktu, tak usai juga dirimu temaniku. Terima kasih masa, tak berhenti pula dirimu mengitari. Terima kasih angin, tak lelah jua dirimu memberi segar. Terima kasih hujan, tak sirna rinaimu membasahi tandusku. Terima kasih cinta, tak berusai rengkuhmu warnai hariku. Terima kasih surya, tak pudar jinggamu menyertai kelanaku. Terima kasih…..terima kasih….sang segala. Tak berkesudahan indah yang kau beri.”100109, 501.






Tidak ada komentar: