Rabu, 30 September 2009

FENOMENA WARGA YAHUDI MASUK ISLAM




Menurut sumber Zionis mengatakan bahwa: "Israel menggunakan cara yang tidak etis untuk mendapatkan nama-nama pemuda orang-orang Yahudi yang tinggal di luar negeri untuk meminta mereka tidak menikah dengan non-Yahudi."

Dalam Koran menambahkan: "Beberapa elit Israel mendapatkan kritik keras dalam kampanyenya yang mengarahkan Pemerintahkan dan menjadikan sebagai bentuk rasisme."

Sejumlah warga yahudi meninggalkan agama Yahudi :

Yahudi Agency, bertanggung jawab atas situasi orang-orang Yahudi di luar negeri, lebih dari lima puluh persen orang-orang Yahudi muda meninggalkan agama mereka di luar negeri setelah perkawinan non-Yahudi. Surat kabar al-Ma’arif mendapatkan beberapa fakta dan angka-angka berdasarkan statistik dari Kementerian Kehakiman Israel yang menunjukkan bahwa ratusan orang Yahudi yang menyatakan masuk Islam dan mengumumkan untuk bergabung dengan agama Islam. Surat kabar tersebut menyatakan bahwa fenomena ini telah berkembang dalam lima tahun terakhir.

Selama dua tahun sebelumnya saja, telah terdapat 306 orang Yahudi yang mengajukan kepada Kementerian Kehakiman untuk mengganti agama mereka, 249 orang di antaranya menyatakan masuk Islam, dan 48 di antaranya lagi menyatakan masuk Kristen.

Angka-angka tersebut menunjukkan rata-rata sekitar 100 orang Yahudi setiap tahun telah mengubah agamanya ke Islam atau ke Kristen. Bahkan mereka yang masuk pada 2008 terlihat adanya peningkatan tajam di atas rata-rata tersebut, sebab ada 142 orang Yahudi yang mengajukan tuntutan untuk mengubah agama mereka menjadi Islam.

Surat kabar al-Ma’arif menjelaskan bahwa sejak awal tahun 2009 hingga sekarang telah terdapat 32 orang yang mengajukan permohonan untuk mengubah agamanya, meski angka tersebut belum merupakan angka final.

Salah seorang anggota organisasi ‘ailatu Israel lil abad (pelestarian keluarga Israel) menyatakan bahwa angka-angka yang dipublikasikan itu tidak menunjukkan apa yang terjadi sebenarnya di lapangan, sebab ada ratusan orang Yahudi yang telah mengubah agamanya ke Islam yang tidak melaporkannya.

Dalah hal ini seorang anggota Knesset dari partai al-Bait al-Yahudi, Aura Orbenh berkomentar dengan mengatakan: “Bahwa fenomena banyaknya orang Yahudi yang mengganti agamanya, khususnya ke Islam merupakan kerugian yang menyakitkan bagi bangsa Yahudi.”

Seperti dikutip aljazeera, Departemen Kehakiman berusaha menghalangi keinginan mereka yang ingin berpindah agama itu. Berdasarkan informasi, beberapa pegawai Depkeh langsung mendatangi pemuka agama Yahudi untuk membujuk mereka yang ingin berpindah agama dapat mengurungkan niatnya.

Para aktivis Yahudi pun tidak tinggal diam, mereka tidak henti-hentinya membujuk hingga mengancam mereka yang ingin berpindah agama dari Yahudi ke agama lain. Namun, tidak sedikit pula warga Israel yang secara terang-terangan mengakui sebagai muslim tanpa melalui prosedur pencatatan di Depkeh.

"takkan ada yg betul-betul mampu berpaling pad kebenaran kecuali hatinya buta oleh fatamorgana dunia, tak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki. MAKA BANGGALAH JAGI ORANG ISLAM"

Peneliti Yahudi Amerika: Syariat Islam Sesuai Demokrasi




Washington-Peneliti Yahudi Amerika memuji agama Islam, bahwa syariat Islam sesuai dengan Demokrasi Barat.

Dalam bukunya yang diterbitkan dengan judul: “Jatuh Bangun Negara-Negara Islam”, Profesor ternama, Nuh Feldman, Guru Besar di Universitas Harvard Amerika menulis: “Bahwa syariat Islam dan demokrasi dewasa ini keduanya seperti sejoli.”

Ia menjelaskan: “Bahwa negara-negara Islam sekarang ini memungkinkan mengahadirkan keadilan hukum dan politik bagi setiap muslim sekarang ini, namun dengan syarat terbentuknya sebuah lembaga baru yang membantu menyeimbangkan undang-undang antara kekuatan dan kekuasaan.”

Buku ini menyinggung juga, “Bahwa imperium dan sistem hukum ketika runtuh, biasanya tidak mampu bangkit lagi, seperti apa yang terjadi dengan komunisme dan penguasa raja-raja, kecuali dalam dua hal saja: Pertama, Adalah demokrasi yang menopang pemerintahan romania. Dan kedua, yang terjadi di negara-negara Islam.”

Sebagaimana buku ini juga mendiskusikan, “Bangkitnya aspirasi masyarakat dan bangsa bagi tegaknya syariat Islam di negara Islam, dan pengaruhnya terhadap Blok Barat dan Timur.”

Ia menguatkan argumentasi itu dengan fenomena yang terjadi di Maghrib dan Indonesia, keduanya adalah negara-negara Islam yang menuntut kembalinya syariat Islam, lebih khusus lagi di Mesir dan Pakistan.

Kemarahan Zionis

Dengan beredarnya buku yang sangat diminati publik itu, setebal 189 halaman, dalam bentuk buku saku, menyulut kemarahan gerakan Zionis dan gerakan apa yang disebut dengan tata dunia baru di Amerika. Sehingga salah satu lembaga Yahudi di Amerika Serikat berusaha menghambat laju peredaran buku tersebut. Bahkan mereka mengkanter dengan issu bahwa “Menggabungkan antara Islam dan demokrasi adalah perkara paling sulit.”

Nuh Feldman menjadi Guru Besar Undang-undang di Universitas New York semenjak tahun 2001, kemudian pindah ke Universitas Harvard tahun 2007.

Di akhir perang antara Amerika dan Iraq tahun 2003, Feldman menjadi penasehat bagi penguasa transisi di Iraq dan membantu merumuskan undang-undang baru bagi negara Iraq. (dakwatuna. dikutip dari SABILI

" masihkah ada yg meragunakan kebenaran dari ALLAH????? "